BERGAUL DENGAN ALLAH
Oleh: Edy Siwoko
Bacaan: Kejadian pasal 5 dan 6
Kejadian 5:24 Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah.
Kejadian
6:9 Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.
Adakah yang dapat menghentikan lajunya kematian dibumi ini? Kejadian Pasal 5 yang baru saudara baca menunjukkan pola
berulang-ulang, bahwa manusia lahir, hidup, melahirkan anak-cucu, dan
akhirnya...setelah hidup sekian tahun lalu mati. Bukankah itu wajar? Memang
wajar, begitulah manusia hidup di bumi, tumbuh, berkembang sebentar, lalu gugur
kebumi, sama seperti bunga rumput yang tumbuh tapi kemudian gugur ke tanah, dari
debu mereka kembali menjadi debu.
Dihadapkan pada fakta kehidupan yang begitu-begitu saja serta berujung pada
kematian, kita bertanya-tanya, apakah ada pengharapan? Dalam pola berulang
tentang hidup dan mati yang diceritakan pasal 5, tiba-tiba
terjadilah sebuah anomali atau sesuatu yang tidak biasa terjadi pada seorang
tokoh bernama Henokh, dimana dengan tiba-tiba kita melihat bahwa ternyata tidak
semua manusia mati. Itulah yang
ditekankan oleh penulis Kitab Kejadian pada pasal 5 ini, bahwa hidup tidak
harus begini terus, tetapi ada pengharapan, ada kemenangan, asalkan...hidup
bergaul dengan Allah.
Pengharapan dan kemenangan itu terlihat ketika penulis Kitab Kejadian menunjukkan bahwa hidup Henokh
tidaklah berakhir, sementara hidup orang-orang lain berakhir. Henokh diangkat
oleh Allah dan tidak mengalami kematian.
Kemenangan itu juga dialami
oleh Nuh, cicit Henokh. Nuh juga tidak sudi menjalani hidup seperti manusia
saat itu yang hidup dalam kejahatan, tetapi Nuh hidup bergaul dengan Allah,
sehingga Nuh terpelihara hidupnya ketika air bah datang membinasakan makhluk
hidup dibumi.
Kedua orang tersebut menerima
kemenangan atas kebinasaan karena mereka hidup bergaul dengan Allah. Namun.....apakah
saudara tertarik untuk mengetahui hidup bergaul dengan Allah itu hidup yang
bagaimana? Pada masa Nuh, tiada orang yang tertarik untuk mendengar kebenaran
kecuali anak-menantu-dan istri Nuh saja yang mau mendengarnya.
Kebenaran itu
sudah diberitakan sejak Kakek buyut Nuh yaitu Henokh yang terus menerus
menubuatkan hukuman Allah atas orang-orang fasik (Yudas 1:14-15), kemudian Allah
secara pasti memberitahukan pada Nuh bahwa Allah akan menghakimi manusia dan
sejak saat itu Nuh berkhotbah memberitakan kebenaran (2 Petrus 2:5), tapi sayang
tak ada yang tertarik. Nah, bila saudara tertarik
dengan topik ini, artinya saudara punya keinginan untuk menjadi berbeda dengan
kebanyakan orang yang akan binasa.
Hidup bergaul dengan Allah adalah hidup dalam persekutuan dengan Allah. “Bergaul” atau aslinya “halak atau berjalan” merupakan
metafora yang umumnya dipakai untuk menyatakan apakah orang berjalan dalam
kerendahan hati dan taat kepada Allah, atau berjalan dalam dosa dan
ketidaktaatan. Sedang secara khusus ungkapan “bergaul dengan Allah” ini mengandung
unsur-unsur sikap, semangat dan karakter rohani yang membuat seseorang diterima
dan diperkenan untuk hubungan rohani yang intim dengan Allah. Apakah
unsur-unsur itu? Unsur-unsur tersebut ialah iman, ketaatan dan kekudusan. Ketiga unsur tersebut juga kita dapati sejak awal Kitab Kejadian dalam kisah terusirnya Adam & Hawa dari taman Eden, namun kali ini kita hanya akan belajar dari kisah hidup orang lain yakni Henokh dan Nuh.
1. IMAN
Ibrani
11:5-7 mencatat bahwa Henokh dan Nuh memiliki iman terhadap Allah, sehingga
mereka ditentukan untuk dibenarkan oleh iman mereka. Selain dibenarkan, merekapun
mendapatkan yang terbaik dari Allah karena iman mereka memperkenan Allah (Ibrani
11:5-6):
"Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah. Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. Karena iman, maka Nuh — dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan — dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya."
Iman adalah percaya kepada hal-hal yang belum kelihatan. Manusia tak bisa melihat Allah, namun Henokh dan Nuh percaya
bahwa Allah ada dan berkuasa, mereka menjalani hidup seakan-akan melihat Allah
menyertai mereka dan akhirnya.....mereka berdua melihat karya Allah.
Begitu
pula saudara, saudara memiliki janji-janji Allah yang terbukti digenapi dalam
sejarah. Maka seharusnya saudara tidak ragu untuk beriman kepada Dia yang tak
pernah ingkar janji. Saudara tidak hanya akan dibenarkan oleh iman (Galatia 3:24)
dan diselamatkan oleh iman (Roma 1:17), namun juga akan melihat karya Allah
dinyatakan selama saudara hidup. Karena imanlah maka saudara akan diberkati
(Roma 4:16), dimuliakan (Roma 5:2), dibebaskan (Roma 9:30), diluputkan dan menang
karena iman (Ibrani 11:33), dikuatkan (Ibrani 11:34), serta menerima segala sesuatu
yang dijanjikan (Ibrani 6:12).
2. KETAATAN
Seperti sudah dikatakan sebelumnya bahwa kata “bergaul” atau aslinya “halak atau berjalan” merupakan
metafora yang umumnya dipakai untuk menyatakan apakah orang berjalan dalam
kerendahan hati dan taat kepada Allah, atau berjalan dalam dosa dan taat pada oknum lain. Kata “bergaul” yang dikenakan pada Henokh dan Nuh berarti mereka berjalan mengikuti atau taat
kepada Allah, seperti juga yang dilakukan oleh Abraham (Kejadian 17:1, 24:40).
Henokh dan Nuh mengaktifkan iman mereka dengan ketaatan. Merekapun
tadinya belum melihat realisasi janji-janji Allah, namun iman mereka memandang
kepada Allah dan tidak menjadi goyah. Nuh mengimani Firman Allah yang akan
menghukum bumi, maka dia mentaati perintah Allah untuk bekerja membangun
bahtera, dan ia setia melakukannya sampai 120 tahun kemudian ketika air bah
datang. Nuh mengaktifkan imannya dengan ketaatan, sehingga oleh iman percaya
itu Nuh dan keluarganya pun selamat (Ibrani 11:7).
Aktifkanlah iman saudara
dengan ketaatan. Mengapa saudara harus mati, bila sesungguhnya di dalam Dia saudara
bisa hidup? Mengapa saudara harus kehilangan apa yang telah dijanjikan Tuhan,
bila sesungguhnya di dalam Dia saudara bisa mendapatkannya? Tentu akan banyak
hal yang akan menarik saudara dari ketaatan pada Tuhan, namun berjalanlah terus
seakan-akan saudara melihat Tuhan menyertai saudara, setialah seakan-akan
janji-janji Tuhan sudah tergenapi, maka....segala yang terbaik dari Tuhan pasti
diperlihatkanNya kepada saudara.
3. KEKUDUSAN
Kekudusan sangat penting
untuk bersekutu atau bergaul dengan Allah (2 Korintus 6:14-16). Pada masa Henokh dan Nuh,
dosa manusia ditunjukkan dalam dua hal utama: nafsu seksual (Kejadian 6:2) dan
kekerasan (Kejadian 6:11). Tapi Nuh dan Henokh menjalani hidup yang berbeda, mereka
memilih untuk menjaga kekudusan.
Ciri khas kehidupan Nuh adalah benar dan tidak
bercela. Kata benar atau “sáddîq,” melukiskan karakter Nuh dalam hubungannya
dengan sesama manusia, dimana kejujuran dan kebenaran nampak jelas dalam seluruh
tindak-tanduknya. Kata tidak bercela “Tãmîm,” biasa dipakai bahasa Ibrani untuk melukiskan
hasil karya insinyur bangunan yang handal dimana bangunan yang dihasilkan itu
lengkap, sempurna dan tiada cacatnya. Kedua kata ini mencirikan “halak” dengan
Tuhan atau bergaul dengan Tuhan yakni karakter yang selalu ingin menyenangkan Tuhan
berapapun harganya, setia dalam kebenaran, hidup dekat hadirat-Nya dengan selalu
menjaga kekudusan di tengah-tengah zaman yang sedang merosot (band. Maz. 15:2; 26:1-3).
Sekarangpun
kebejatan manusia tetap sama, nafsu, perilaku amoral, pornografi, kefasikan dan
kekerasan menguasai masyarakat kita. Mereka adalah orang-orang yang mati selagi
masih hidup. Ya, bila manusia menganggap bahwa hari kematiannya masih merupakan
“masa depan,” sesungguhnya itu keliru. Hari-hari
kematian manusia, sesungguhnya telah diawali saat mereka tidak hidup bergaul
dengan Allah: tidak hidup dalam iman-ketaatan-serta kekudusan.
Tetapi
saudara telah mengerti dari penjelasan diatas bahwa kehidupan macam apa
yang saudara tempuh saat ini, menentukan akhir hidup saudara nanti. Bila saat
ini saudara bergaul dengan Allah maka itu menjadikan saudara sebagai
orang-orang yang “hidup” di antara orang-orang yang “mati.”
Karna
itu saudara, putuskanlah untuk bergaul dengan Allah meski orang lain tidak! Ingatlah, kehidupanmu
di masa depan, sesungguhnya diawali saat engkau di bumi hidup bergaul dengan
Allah.
"Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara
orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu." Amen!
Oleh: Yesaya Edy S
Dimuat dalam Tuntunan Hidup Berkemenangan Edisi Oktober 2011