THE ARROW OF VICTORY

Berkatalah Elisa: "Panahlah!" Lalu dipanahnya. Kemudian berkatalah Elisa: "Itulah anak panah kemenangan dari pada TUHAN, anak panah kemenangan terhadap Aram. Engkau akan mengalahkan Aram di Afek sampai habis lenyap."

INCOMPLETE VICTORY

Berkatalah Elisa: "Panahlah!" Lalu dipanahnya. Kemudian berkatalah Elisa: "Itulah anak panah kemenangan dari pada TUHAN, anak panah kemenangan terhadap Aram. Engkau akan mengalahkan Aram di Afek sampai habis lenyap."

SEPERTI HUJAN YANG MENGALIR

Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.

INCORRUPTIBLE SEED

1 Petrus 1:23 Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal.

JALAN BERPUTAR

Allah tidak menuntun mereka melalui jalan ke negeri orang Filistin, walaupun jalan ini yang paling dekat; sebab firman Allah: "Jangan-jangan bangsa itu menyesal, apabila mereka menghadapi peperangan, sehingga mereka kembali ke Mesir."

Tampilkan postingan dengan label Jalan Kebenaran. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jalan Kebenaran. Tampilkan semua postingan

Minggu, 09 September 2012

MASALAH ITU MENGASAH

Hakim-Hakim 3:1-3
Inilah bangsa-bangsa yang dibiarkan TUHAN tinggal untuk mencobai orang Israel itu dengan perantaraan mereka, yakni semua orang Israel yang tidak mengenal perang Kanaan. Maksudnya hanyalah, supaya keturunan-keturunan orang Israel yang tidak mengenal perang yang sudah-sudah, dilatih berperang oleh TUHAN. Yang tinggal ialah kelima raja kota orang Filistin dan semua orang Kanaan, orang Sidon dan orang Hewi, yang mendiami pegunungan Libanon, dari gunung Baal-Hermon sampai ke jalan yang menuju ke Hamat.

Bagaimana saudara melihat masalah? Mari sejenak kita melihat masalah dari sudut pandang Tuhan. Saat orang Israel tiba di Kanaan, ada musuh-musuh Israel yang dibiarkan Tuhan tinggal di Kanaan, maksud-Nya supaya generasi muda Israel yang belum mengenal perang dilatih berperang oleh Tuhan. 

Kehadiran musuh itu menyebabkan banyak masalah bagi kerohanian maupun jasmani orang Israel seperti: memerangi orang Israel & menjerat mereka dalam dosa. Meski di mata orang Israel kehadiran musuh itu adalah masalah, tapi Firman Tuhan diatas jelas menyatakan bahwa bagi Tuhan kehadiran musuh (masalah) adalah alat untuk melatih (mengasah) orang Israel berperang. 

Arti mengasah yaitu usaha mempertajam dengan latihan-latihan yang kontinyu untuk mengatasi kelemahan dan memiliki kemampuan. Kelemahan Israel adalah tak punya kemampuan untuk berperang, padahal Tuhan ingin Israel menang dalam tiap peperangannya baik perang secara rohani maupun secara fisik, karena itulah Tuhan mengasah mereka agar menjadi orang yang mental dan spiritualnya tangguh dengan membiarkan musuh tetap ada di sekitar mereka

Sampai sekarangpun musuh anda (iblis, orang yang tidak percaya, sistem dunia, kedagingan) menyebabkan banyak masalah bagi orang percaya. Mereka diizinkan Tuhan ada di sekitar saudara untuk mengasah saudara menjadi orang yang punya mental & spiritual yang tangguh. Masalah memang bisa jadi jerat dan membuat saudara jatuh dalam dosa bila saudara tidak bersekutu dengan Tuhan & memilih menyerah pada masalah. Tapi bila bersekutu dengan Tuhan saudara dapat melewati masalah itu & menjadi makin tangguh, makin siap menghadapi masalah lain yang lebih besar dan unggul dalam pertempuran yang makin hari makin meningkat dan besar. 

Makin sering bertemu masalah & menghadapinya (tidak lari), maka masalah itu mengasah sedemikian rupa sehingga pada waktunya saudara mampu menjawab tantangan yang lebih besar, masalah mendorong pikiran saudara terbuka pada cara-cara baru yang kreatif, masalah mendorong saudara selalu melekat pada Tuhan, masalah mengasah ketajaman rohani saudara. 

Jadi jangan ambil jalan pintas, masalah bukan untuk dihindari tapi dihadapi, jangan menyerah dengan masalah, sebab masalah itu mengasah

Oleh: Yesaya Edy S
Dimuat dalam Tuntunan Hidup Berkemenangan Edisi November 2011

Jumat, 07 September 2012

BERGAUL DENGAN ALLAH

BERGAUL DENGAN ALLAH
Oleh: Edy Siwoko

Bacaan: Kejadian pasal 5 dan 6 

Kejadian 5:24  Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah.

Kejadian 6:9  Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.

Adakah yang dapat menghentikan lajunya kematian dibumi ini? Kejadian Pasal 5 yang baru saudara baca menunjukkan pola berulang-ulang, bahwa manusia lahir, hidup, melahirkan anak-cucu, dan akhirnya...setelah hidup sekian tahun lalu mati. Bukankah itu wajar? Memang wajar, begitulah manusia hidup di bumi, tumbuh, berkembang sebentar, lalu gugur kebumi, sama seperti bunga rumput yang tumbuh tapi kemudian gugur ke tanah, dari debu mereka kembali menjadi debu.  

Dihadapkan pada fakta kehidupan yang begitu-begitu saja serta berujung pada kematian, kita bertanya-tanya, apakah ada pengharapan? Dalam pola berulang tentang hidup dan mati yang diceritakan pasal 5,  tiba-tiba terjadilah sebuah anomali atau sesuatu yang tidak biasa terjadi pada seorang tokoh bernama Henokh, dimana dengan tiba-tiba kita melihat bahwa ternyata tidak semua manusia mati. Itulah yang ditekankan oleh penulis Kitab Kejadian pada pasal 5 ini, bahwa hidup tidak harus begini terus, tetapi ada pengharapan, ada kemenangan, asalkan...hidup bergaul dengan Allah. 

Pengharapan dan kemenangan itu terlihat ketika penulis Kitab Kejadian menunjukkan bahwa hidup Henokh tidaklah berakhir, sementara hidup orang-orang lain berakhir. Henokh diangkat oleh Allah dan tidak mengalami kematian.
Kemenangan itu juga dialami oleh Nuh, cicit Henokh. Nuh juga tidak sudi menjalani hidup seperti manusia saat itu yang hidup dalam kejahatan, tetapi Nuh hidup bergaul dengan Allah, sehingga Nuh terpelihara hidupnya ketika air bah datang membinasakan makhluk hidup dibumi.

Kedua orang tersebut menerima kemenangan atas kebinasaan karena mereka hidup bergaul dengan Allah. Namun.....apakah saudara tertarik untuk mengetahui hidup bergaul dengan Allah itu hidup yang bagaimana? Pada masa Nuh, tiada orang yang tertarik untuk mendengar kebenaran kecuali anak-menantu-dan istri Nuh saja yang mau mendengarnya. 

Kebenaran itu sudah diberitakan sejak Kakek buyut Nuh yaitu Henokh yang terus menerus menubuatkan hukuman Allah atas orang-orang fasik (Yudas 1:14-15), kemudian Allah secara pasti memberitahukan pada Nuh bahwa Allah akan menghakimi manusia dan sejak saat itu Nuh berkhotbah memberitakan kebenaran (2 Petrus 2:5), tapi sayang tak ada yang tertarik. Nah, bila saudara tertarik dengan topik ini, artinya saudara punya keinginan untuk menjadi berbeda dengan kebanyakan orang yang akan binasa.

Hidup bergaul dengan Allah adalah hidup dalam persekutuan dengan Allah. “Bergaul” atau aslinya “halak atau berjalan” merupakan metafora yang umumnya dipakai untuk menyatakan apakah orang berjalan dalam kerendahan hati dan taat kepada Allah, atau berjalan dalam dosa dan ketidaktaatan. Sedang secara khusus ungkapan “bergaul dengan Allah” ini mengandung unsur-unsur sikap, semangat dan karakter rohani yang membuat seseorang diterima dan diperkenan untuk hubungan rohani yang intim dengan Allah. Apakah unsur-unsur itu? Unsur-unsur tersebut ialah iman, ketaatan dan kekudusan. Ketiga unsur tersebut juga kita dapati sejak awal Kitab Kejadian dalam kisah terusirnya Adam & Hawa dari taman Eden, namun kali ini kita hanya akan belajar dari kisah hidup orang lain yakni Henokh dan Nuh.


1. IMAN
Ibrani 11:5-7 mencatat bahwa Henokh dan Nuh memiliki iman terhadap Allah, sehingga mereka ditentukan untuk dibenarkan oleh iman mereka. Selain dibenarkan, merekapun mendapatkan yang terbaik dari Allah karena iman mereka memperkenan Allah (Ibrani 11:5-6):

"Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah. Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. Karena iman, maka Nuh — dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan — dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya."
Iman adalah percaya kepada hal-hal yang belum kelihatan. Manusia tak bisa melihat Allah, namun Henokh dan Nuh percaya bahwa Allah ada dan berkuasa, mereka menjalani hidup seakan-akan melihat Allah menyertai mereka dan akhirnya.....mereka berdua melihat karya Allah.

Begitu pula saudara, saudara memiliki janji-janji Allah yang terbukti digenapi dalam sejarah. Maka seharusnya saudara tidak ragu untuk beriman kepada Dia yang tak pernah ingkar janji. Saudara tidak hanya akan dibenarkan oleh iman (Galatia 3:24) dan diselamatkan oleh iman (Roma 1:17), namun juga akan melihat karya Allah dinyatakan selama saudara hidup. Karena imanlah maka saudara akan diberkati (Roma 4:16), dimuliakan (Roma 5:2), dibebaskan (Roma 9:30), diluputkan dan menang karena iman (Ibrani 11:33), dikuatkan (Ibrani 11:34), serta menerima segala sesuatu yang dijanjikan (Ibrani 6:12).


2. KETAATAN
Seperti sudah dikatakan sebelumnya bahwa kata “bergaul” atau aslinya “halak atau berjalan” merupakan metafora yang umumnya dipakai untuk menyatakan apakah orang berjalan dalam kerendahan hati dan taat kepada Allah, atau berjalan dalam dosa dan taat pada oknum lain. Kata “bergaul” yang dikenakan pada Henokh dan Nuh berarti mereka berjalan mengikuti atau taat kepada Allah, seperti juga yang dilakukan oleh Abraham (Kejadian 17:1, 24:40). 

Henokh dan Nuh mengaktifkan iman mereka dengan ketaatan. Merekapun tadinya belum melihat realisasi janji-janji Allah, namun iman mereka memandang kepada Allah dan tidak menjadi goyah. Nuh mengimani Firman Allah yang akan menghukum bumi, maka dia mentaati perintah Allah untuk bekerja membangun bahtera, dan ia setia melakukannya sampai 120 tahun kemudian ketika air bah datang. Nuh mengaktifkan imannya dengan ketaatan, sehingga oleh iman percaya itu Nuh dan keluarganya pun selamat (Ibrani 11:7).

Aktifkanlah iman saudara dengan ketaatan. Mengapa saudara harus mati, bila sesungguhnya di dalam Dia saudara bisa hidup? Mengapa saudara harus kehilangan apa yang telah dijanjikan Tuhan, bila sesungguhnya di dalam Dia saudara bisa mendapatkannya? Tentu akan banyak hal yang akan menarik saudara dari ketaatan pada Tuhan, namun berjalanlah terus seakan-akan saudara melihat Tuhan menyertai saudara, setialah seakan-akan janji-janji Tuhan sudah tergenapi, maka....segala yang terbaik dari Tuhan pasti diperlihatkanNya kepada saudara.


3. KEKUDUSAN
Kekudusan sangat penting untuk bersekutu atau bergaul dengan Allah (2 Korintus 6:14-16). Pada masa Henokh dan Nuh, dosa manusia ditunjukkan dalam dua hal utama: nafsu seksual (Kejadian 6:2) dan kekerasan (Kejadian 6:11). Tapi Nuh dan Henokh menjalani hidup yang berbeda, mereka memilih untuk menjaga kekudusan. 

Ciri khas kehidupan Nuh adalah benar dan tidak bercela. Kata benar atau “sáddîq,”  melukiskan karakter Nuh dalam hubungannya dengan sesama manusia, dimana kejujuran dan kebenaran nampak jelas dalam seluruh tindak-tanduknya. Kata tidak bercela “Tãmîm,” biasa dipakai bahasa Ibrani untuk melukiskan hasil karya insinyur bangunan yang handal dimana bangunan yang dihasilkan itu lengkap, sempurna dan tiada cacatnya. Kedua kata ini mencirikan “halak” dengan Tuhan atau bergaul dengan Tuhan yakni karakter yang selalu ingin menyenangkan Tuhan berapapun harganya, setia dalam kebenaran, hidup dekat hadirat-Nya dengan selalu menjaga kekudusan di tengah-tengah zaman yang sedang merosot (band. Maz. 15:2; 26:1-3). 
Sekarangpun kebejatan manusia tetap sama, nafsu, perilaku amoral, pornografi, kefasikan dan kekerasan menguasai masyarakat kita. Mereka adalah orang-orang yang mati selagi masih hidup. Ya, bila manusia menganggap bahwa hari kematiannya masih merupakan “masa depan,” sesungguhnya itu keliru. Hari-hari kematian manusia, sesungguhnya telah diawali saat mereka tidak hidup bergaul dengan Allah: tidak hidup dalam iman-ketaatan-serta kekudusan

Tetapi saudara telah mengerti dari penjelasan diatas bahwa kehidupan macam apa yang saudara tempuh saat ini, menentukan akhir hidup saudara nanti. Bila saat ini saudara bergaul dengan Allah maka itu menjadikan saudara sebagai orang-orang yang “hidup” di antara orang-orang yang “mati.”

Karna itu saudara, putuskanlah untuk bergaul dengan Allah meski orang lain tidak! Ingatlah, kehidupanmu di masa depan, sesungguhnya diawali saat engkau di bumi hidup bergaul dengan Allah. 

"Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu." Amen! 

Oleh: Yesaya Edy S
Dimuat dalam Tuntunan Hidup Berkemenangan Edisi Oktober 2011 

Jumat, 24 Agustus 2012

BERKAT-BERKAT ROH KUDUS DALAM HIDUP ORANG PERCAYA (3)

Seri Khotbah Tentang "Roh Kudus"

ROH KUDUS MEMIMPIN ORANG PERCAYA 

Yohanes 16:13a 
Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran 

Pada masa pengembaraan orang Israel di padang gurun, Tuhan memimpin mereka dalam tiang api & awan (Keluaran 13:21-22). Tiang ini bukan ada 2 namun 1 tiang saja, hanya wujudnya bisa berubah-ubah: pada malam hari adalah api & siang hari berubah jadi awan. Tiang ini merupakan tanda kehadiran, penyertaan & pimpinan Tuhan pada umat-Nya. 

Apa artinya ini bagi orang percaya sekarang? Alkitab menyatakan bahwa api dipakai juga untuk melambangkan Roh Kudus (Matius 3:11, Kisah Para Rasul 2:3), sehingga tiang api & awan ini bisa kita artikan sebagai Roh kudus yang diberikan Bapa untuk menyertai kita seperti dikatakan Yesus dalam Yohanes 14:16-17 bahwa Bapa memberikan orang percaya seorang Penolong yang lain yang menyertai orang percaya selama-lamanya yakni Roh Kebenaran atau Roh Kudus.  

Seperti tiang api & awan memimpin orang Israel melalui padang gurun untuk memastikan bahwa mereka sampai di tujuan yaitu tanah air yang dijanjikan Tuhan, begitu pula Roh Kudus memimpin orang percaya sepanjang hidup mereka di dunia ini untuk memastikan kita sampai di tujuan, yaitu tanah air surgawi yang dijanjikan Tuhan pada setiap orang percaya.

Jadi, pekerjaan Roh Kudus tak hanya berhenti dengan mengajar kita saja, namun Roh Kudus juga memimpin kita agar dapat mengaplikasikan atau menerapkan pengajaran yang kita dapat dari-Nya. Kapan & dimana Roh Kudus memimpin kita? Karena Roh Kudus mendiami kita selama-lamanya (Yohanes 14:16-17, 1Korintus 3:16, 6:19) maka Roh Kudus:
  • Memimpin di setiap waktu, baik siang atau malam.
  • Memimpin di setiap situasi, saat situasi kita aman atau terancam.
  • Memimpin di setiap posisi, dimanapun kita berada.
Diberikannya Roh Kudus untuk menolong kita menandakan bahwa kendati Tuhan Yesus naik ke surga namun tidak membiarkan kita menjadi yatim piatu, Dia berikan Roh Kudus untuk memimpin kita di setiap waktu, di setiap situasi & posisi. Tetapi terserah kita: apakah kita di setiap waktu, di setiap situasi & di setiap posisi mau dipimpin Roh Kudus ? Sebab tak semua orang mau dipimpin Roh Kudus. 

Jalan yang kita tempuh di padang gurun dunia ini menuju tanah air surgawi adalah jalan yang penuh bahaya dan kita tak tahu kapan & dimana bahaya itu menghadang, tapi dengan mengikuti pimpinan Roh Kudus kita akan mampu melalui jalan yang penuh bahaya dan gelap sekalipun.

Saat SMA (sekarang SMU) saya mengikuti kegiatan kepramukaan. Di satu malam yang gelap kami diuji dengan cara disuruh menemukan satu tempat dengan mata ditutup. Petunjuk untuk menemukan tempat itu hanya berdasar suara kakak Pandu yang mengatakan apakah kami harus lurus atau belok kanan atau kiri, berapa langkah yang harus kami ambil, apakah kami harus melompat atau berjalan dan sebagainya. Dalam situasi malam yang dibuat menyeramkan, beberapa anggota regu yang tak fokus dengan suara kakak Pandu, terjebak di perangkap  yang sengaja dipasang & hanya sebagian orang yang bisa sampai di tujuan. Kakak Pandu yang menuntun kami malam itu memang tak bisa kami lihat karena mata kami ditutup, tapi karena kami mengikuti tuntunan atau petunjuknya maka kami bisa sampai di finish. 

Begitulah dengan Roh Kudus, meski kita tak bisa melihat-Nya tapi kalau kita mengikuti tuntunan atau petunjuk-Nya maka kita akan bisa sampai di tujuan kita yakni tanah air surgawi. Saya bukannya hendak menyamakan kakak Pandu itu dengan Roh Kudus, tapi hanya ingin membuat mengerti pentingnya untuk fokus pada sang penuntun & pemimpin kita yang tak terlihat yakni Roh Kudus, lagipula kata “memimpin” yang dikenakan pada Roh Kudus mempunyai arti yang luas, yakni: 
  • Memberikan visi (Kisah Rasul 13:2 & 47). Sebagai pemimpin orang percaya, Roh Kudus memberi visi pada setiap orang percaya untuk melaksanakan kehendak Tuhan di bumi ini.
  • Menuntun (Mazmur 143:10). Menuntun yaitu memegang tangan seseorang sambil berjalan untuk menunjukkan jalan, begitulah Roh Kudus menuntun kita ke dalam seluruh kebenaran (Yohanes 16:13a) agar kita mematikan perbuatan daging (Roma 8:13). Siapa yang menyediakan diri dituntun oleh-Nya, tak akan sampai tergeletak, sebab Tuhan menopang tangannya.
  • Memandu. Memandu yaitu memberi petunjuk untuk mengarahkan langkah orang di jalan yang harus ia tempuh, atau keputusan yang harus diambil (Kisah Rasul 15:28). Panduan atau petunjuk Roh Kudus bisa audible (Kisah Rasul 8:29, 10:19, 11:12, Wahyu 14:13), bisa bersifat larangan “jangan” dengan menutup pintu bagi kita (Kisah Rasul 16:6-8), bisa bersifat panggilan “datanglah” (Kisah Rasul 16:9) dan bisa bersifat perintah “pergilah” (Kisah Rasul 8:29, 11:12).
  • Menggerakkan (2Petrus 1:21, Kisah Rasul 6:10). Seperti motor penggerak, Roh Kudus juga mendorong atau menggerakkan orang percaya untuk bertindak.
  • Menyertai, menolong (Yohanes 14:16). Roh Kudus memimpin kita artinya Dia juga menyertai & menolong. Sama seperti tiang awan & api menyertai dan menolong orang Israel sehingga mereka berhasil, begitulah Roh Kudus menyertai & menolong kita untuk memastikan kita mencapai tujuan-Nya.
Saudaraku, ikutilah pimpinan Roh Kudus yang setiap detik bergema di hatimu, karena MESKI ROH KUDUS TAK TERLIHAT TAPI MENUNTUN DENGAN TEPAT. SEHINGGA bila saudara MENGIKUTI PIMPINAN Roh Kudus maka saudara bisa merasakan DAMPAK KEBERHASILAN yang sama ketika orang Israel DIPIMPIN TIANG AWAN & API

Selanjutnya: "Berkat-Berkat Roh Kudus 4"
Sebelumnya: "Berkat-berkat Roh Kudus 2"

Oleh Yesaya Edy S
Dimuat dalam Tuntunan Hidup Berkemenangan Edisi Juni 2012

Sabtu, 30 Juni 2012

JALAN BERPUTAR (2)

Seri Khotbah Tentang "Jalan Berputar"

JALAN BERPUTAR (2)

Keluaran 13:17-22

Tetapi Allah menuntun bangsa itu berputar melalui jalan di padang gurun menuju ke Laut Teberau. Dengan siap sedia berperang berjalanlah orang Israel dari tanah Mesir (ayat 18)

Orang tentu ingin mencari jalan terdekat untuk sampai di tujuan agar menghemat waktu maupun biaya, benar bukan? Padahal jalan terdekat & jalan pintas itu belum tentu baik. Orang juga ingin yang instan meski yang instan itu belum tentu baik. Orang juga ingin mimpinya cepat tercapai, ingin cepat melesat mencapai tujuannya. Itu sebabnya anak Tuhan kadang sedih mengapa jalan hidupnya harus berliku-liku dan berkata: “mengapa jalan hidupku harus begini?” 

Umat Israel juga mengalami hal yang sama. Tuhan tak langsung memimpin mereka melalui jalan tercepat untuk sampai ke Kanaan, tapi Ia memimpin mereka berjalan berputar melalui padang gurun. Kita telah belajar sebelumnya bahwa hal ini dilakukan Tuhan karena Tuhan telah mengukur kekuatan orang Israel. Kali ini kita akan belajar hal yang lain dari kisah ini.

Alasan kedua mengapa Tuhan membawa umat Israel pada jalan berputar dan bukan jalan terdekat ialah karena Tuhan juga ingin umat Israel belajar mempercayai cara-NYA memimpin mereka. 

Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa Tuhan sendirilah yang berjalan di depan umat Israel dalam tiang awan & tiang api (ayat 21). Umat Israel sudah percaya pada janji Tuhan, hal ini ditunjukkan dengan kemauan mereka keluar dari Mesir bahkan mereka juga membawa tulang-tulang Yusuf (ayat 19). Tetapi….percaya pada janji Tuhan saja tidak cukup bila mereka tidak percaya pada cara Tuhan. Tuhan ingin menepati janjiNya, tapi itu hanya akan terjadi bila dilakukan sesuai dengan caraNya, bukan cara orang Israel sendiri. 
  
Saudaraku, kita sekarang juga sedang dipimpin Tuhan mengarungi padang gurun dunia ini. Dan tiang awan atau tiang apinya adalah Firman Tuhan, seperti yang dikatakan Mazmur 119:105 "Firman-Mu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku." Tuhan juga memberikan Roh Kudus untuk memimpin kita.

Mengikut Tuhan berarti memberi diri dipimpin oleh Tuhan. Dan memberi diri dipimpin oleh Tuhan artinya mengikuti dan mempercayai sepenuhnya cara-cara Tuhan. Itulah syarat mutlak. Namun hasilnya sungguh tak mengecewakan, karena sama seperti orang Israel disertai serta dilindungi oleh Tuhan sepanjang mereka mentaati pimpinan-Nya, maka begitu pula kita.

Mungkin saat ini saudara belum dapat melihat gambaran yang indah dari jalan Tuhan yang berputar itu, karena gambaran itu baru bisa saudara lihat nanti setelah proses itu berlalu dan saudara merasakan manfaatnya. Jadi percayailah & taatilah cara Tuhan yang diterapkanNya pada saudara agar janji Tuhan terlaksana seperti kehendakNya. Amin.

Sebelumnya: Jalan Berputar (1)


JALAN BERPUTAR (1)

Seri Khotbah Tentang "Jalan Berputar"

JALAN BERPUTAR
Oleh: Edy Siswoko

Keluaran 13:17-22
Allah tidak menuntun mereka melalui jalan ke negeri orang Filistin, walaupun jalan ini yang paling dekat; sebab firman Allah: "Jangan-jangan bangsa itu menyesal, apabila mereka menghadapi peperangan, sehingga mereka kembali ke Mesir." (ayat 17)

Setelah keluar dari Mesir, Tuhan tidak menuntun orang Israel melintasi jalur Gaza, yaitu jalan yang menuju perbatasan Mesir dan Filistin, walau itu jalan terdekat menuju tanah perjanjian.  

Selama ini kita sering dengar bahwa orang Israel membutuhkan waktu 40 tahun untuk dapat masuk tanah Kanaan dan berputar-putar di padang gurun dikarenakan kekerasan hati mereka. Ya benar, itu memang salah satu penyebabnya. Namun jalan berputar tidak selalu buruk, mari kita melihat sisi baiknya, dimana kita bersyukur Musa juga menuliskan alasan Tuhan membuat orang Israel menempuh jalan berputar. 

Alasan Tuhan yang pertama membuat orang Israel menempuh jalan berputar adalah karena Tuhan telah mengukur kekuatan & kelemahan mereka.

Tindakan Tuhan ini berdasarkan kemahatahuanNya, dimana sejak awal Tuhan tahu apa yang akan terjadi yaitu bahwa orang Israel akan menyesal bila menghadapi peperangan. Sebab jalur ini memang akan membuat mereka bertempur dengan pasukan Mesir di perbatasan atau dengan orang Filistin yang ahli berperang dan mempunyai persenjataan yang lebih maju.

Berdasarkan pertimbangan tentang kekuatan & kelemahan orang Israel tersebut Tuhanpun membuat keputusan untuk menghindarkan orang Israel dari pertempuran. Apakah artinya ini? Firman Tuhan ini menjamin kita bahwa:  
  • Tuhan tak biarkan anak-anakNya berperang sebelum mereka siap. Secara manusia orang Israel sudah siap perang (ayat 18) tapi di Mata Tuhan mereka belum siap perang, mereka masih lemah secara mental maupun fisik. Mental mereka mental budak yang mudah takluk, mudah menyerah, mudah putus asa. Fisik mereka juga fisik seorang budak pembuat batu bata yang tidak punya skill atau keahlian perang, sehingga takkan mampu melawan tentara Mesir ataupun tentara Filistin yang sudah lama mahir berperang. Peperangan tanpa kesiapan akan membawa penyesalan dan dapat membawa kembali ke perbudakan. Demikianlah Tuhan takkan biarkan saudara menghadapi pencobaan atau pergumulan sebelum saudara siap menanggungnya.  
  • Tuhan tahu saat yang tepat. Tuhan tahu saat yang tepat kapan orang Israel siap berperang, terbukti beberapa waktu kemudian mereka disuruh melawan Amalek dan menang (Keluaran 17:8-16). 
Ada saatnya Tuhan menghindarkan saudara dari pergumulan, tapi ada saatnya saudara harus menghadapi pergumulan. Semua itu karena Tuhan sudah mengukur kekuatan & kelemahan saudara, sehingga bila Tuhan ijinkan saudara bertemu masalah, itu artinya Tuhan mengukur saudara mampu menanggungnya bahkan mengalahkannya. Jadi, jangan menyerah dengan masalah, Tuhan sudah mengukur kekuatan saudara

Selanjutnya: Jalan Berputar 2


Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More