Bacaan: Kejadian pasal 5 dan 6
Dihadapkan pada fakta kehidupan yang begitu-begitu saja serta berujung pada kematian, kita bertanya-tanya, apakah ada pengharapan? Dalam pola berulang tentang hidup dan mati yang diceritakan pasal 5, tiba-tiba terjadilah sebuah anomali atau sesuatu yang tidak biasa terjadi pada seorang tokoh bernama Henokh, dimana dengan tiba-tiba kita melihat bahwa ternyata tidak semua manusia mati. Itulah yang ditekankan oleh penulis Kitab Kejadian pada pasal 5 ini, bahwa hidup tidak harus begini terus, tetapi ada pengharapan, ada kemenangan, asalkan...hidup bergaul dengan Allah.
Pengharapan dan kemenangan itu terlihat ketika penulis Kitab Kejadian menunjukkan bahwa hidup Henokh tidaklah berakhir, sementara hidup orang-orang lain berakhir. Henokh diangkat oleh Allah dan tidak mengalami kematian.
Kedua orang tersebut menerima kemenangan atas kebinasaan karena mereka hidup bergaul dengan Allah. Namun.....apakah saudara tertarik untuk mengetahui hidup bergaul dengan Allah itu hidup yang bagaimana? Pada masa Nuh, tiada orang yang tertarik untuk mendengar kebenaran kecuali anak-menantu-dan istri Nuh saja yang mau mendengarnya.
Kebenaran itu sudah diberitakan sejak Kakek buyut Nuh yaitu Henokh yang terus menerus menubuatkan hukuman Allah atas orang-orang fasik (Yudas 1:14-15), kemudian Allah secara pasti memberitahukan pada Nuh bahwa Allah akan menghakimi manusia dan sejak saat itu Nuh berkhotbah memberitakan kebenaran (2 Petrus 2:5), tapi sayang tak ada yang tertarik. Nah, bila saudara tertarik dengan topik ini, artinya saudara punya keinginan untuk menjadi berbeda dengan kebanyakan orang yang akan binasa.
Hidup bergaul dengan Allah adalah hidup dalam persekutuan dengan Allah. “Bergaul” atau aslinya “halak atau berjalan” merupakan metafora yang umumnya dipakai untuk menyatakan apakah orang berjalan dalam kerendahan hati dan taat kepada Allah, atau berjalan dalam dosa dan ketidaktaatan. Sedang secara khusus ungkapan “bergaul dengan Allah” ini mengandung unsur-unsur sikap, semangat dan karakter rohani yang membuat seseorang diterima dan diperkenan untuk hubungan rohani yang intim dengan Allah. Apakah unsur-unsur itu? Unsur-unsur tersebut ialah iman, ketaatan dan kekudusan. Ketiga unsur tersebut juga kita dapati sejak awal Kitab Kejadian dalam kisah terusirnya Adam & Hawa dari taman Eden, namun kali ini kita hanya akan belajar dari kisah hidup orang lain yakni Henokh dan Nuh.
"Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah. Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. Karena iman, maka Nuh — dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan — dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya."
Iman adalah percaya kepada hal-hal yang belum kelihatan. Manusia tak bisa melihat Allah, namun Henokh dan Nuh percaya bahwa Allah ada dan berkuasa, mereka menjalani hidup seakan-akan melihat Allah menyertai mereka dan akhirnya.....mereka berdua melihat karya Allah.
Begitu pula saudara, saudara memiliki janji-janji Allah yang terbukti digenapi dalam sejarah. Maka seharusnya saudara tidak ragu untuk beriman kepada Dia yang tak pernah ingkar janji. Saudara tidak hanya akan dibenarkan oleh iman (Galatia 3:24) dan diselamatkan oleh iman (Roma 1:17), namun juga akan melihat karya Allah dinyatakan selama saudara hidup. Karena imanlah maka saudara akan diberkati (Roma 4:16), dimuliakan (Roma 5:2), dibebaskan (Roma 9:30), diluputkan dan menang karena iman (Ibrani 11:33), dikuatkan (Ibrani 11:34), serta menerima segala sesuatu yang dijanjikan (Ibrani 6:12).
Henokh dan Nuh mengaktifkan iman mereka dengan ketaatan. Merekapun tadinya belum melihat realisasi janji-janji Allah, namun iman mereka memandang kepada Allah dan tidak menjadi goyah. Nuh mengimani Firman Allah yang akan menghukum bumi, maka dia mentaati perintah Allah untuk bekerja membangun bahtera, dan ia setia melakukannya sampai 120 tahun kemudian ketika air bah datang. Nuh mengaktifkan imannya dengan ketaatan, sehingga oleh iman percaya itu Nuh dan keluarganya pun selamat (Ibrani 11:7).
Aktifkanlah iman saudara dengan ketaatan. Mengapa saudara harus mati, bila sesungguhnya di dalam Dia saudara bisa hidup? Mengapa saudara harus kehilangan apa yang telah dijanjikan Tuhan, bila sesungguhnya di dalam Dia saudara bisa mendapatkannya? Tentu akan banyak hal yang akan menarik saudara dari ketaatan pada Tuhan, namun berjalanlah terus seakan-akan saudara melihat Tuhan menyertai saudara, setialah seakan-akan janji-janji Tuhan sudah tergenapi, maka....segala yang terbaik dari Tuhan pasti diperlihatkanNya kepada saudara.
Ciri khas kehidupan Nuh adalah benar dan tidak bercela. Kata benar atau “sáddîq,” melukiskan karakter Nuh dalam hubungannya dengan sesama manusia, dimana kejujuran dan kebenaran nampak jelas dalam seluruh tindak-tanduknya. Kata tidak bercela “Tãmîm,” biasa dipakai bahasa Ibrani untuk melukiskan hasil karya insinyur bangunan yang handal dimana bangunan yang dihasilkan itu lengkap, sempurna dan tiada cacatnya. Kedua kata ini mencirikan “halak” dengan Tuhan atau bergaul dengan Tuhan yakni karakter yang selalu ingin menyenangkan Tuhan berapapun harganya, setia dalam kebenaran, hidup dekat hadirat-Nya dengan selalu menjaga kekudusan di tengah-tengah zaman yang sedang merosot (band. Maz. 15:2; 26:1-3).
Tetapi saudara telah mengerti dari penjelasan diatas bahwa kehidupan macam apa yang saudara tempuh saat ini, menentukan akhir hidup saudara nanti. Bila saat ini saudara bergaul dengan Allah maka itu menjadikan saudara sebagai orang-orang yang “hidup” di antara orang-orang yang “mati.”
Karna itu saudara, putuskanlah untuk bergaul dengan Allah meski orang lain tidak! Ingatlah, kehidupanmu di masa depan, sesungguhnya diawali saat engkau di bumi hidup bergaul dengan Allah.
"Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu." Amen!
Oleh: Yesaya Edy S
Dimuat dalam Tuntunan Hidup Berkemenangan Edisi Oktober 2011