THE ARROW OF VICTORY

Berkatalah Elisa: "Panahlah!" Lalu dipanahnya. Kemudian berkatalah Elisa: "Itulah anak panah kemenangan dari pada TUHAN, anak panah kemenangan terhadap Aram. Engkau akan mengalahkan Aram di Afek sampai habis lenyap."

INCOMPLETE VICTORY

Berkatalah Elisa: "Panahlah!" Lalu dipanahnya. Kemudian berkatalah Elisa: "Itulah anak panah kemenangan dari pada TUHAN, anak panah kemenangan terhadap Aram. Engkau akan mengalahkan Aram di Afek sampai habis lenyap."

SEPERTI HUJAN YANG MENGALIR

Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.

INCORRUPTIBLE SEED

1 Petrus 1:23 Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal.

JALAN BERPUTAR

Allah tidak menuntun mereka melalui jalan ke negeri orang Filistin, walaupun jalan ini yang paling dekat; sebab firman Allah: "Jangan-jangan bangsa itu menyesal, apabila mereka menghadapi peperangan, sehingga mereka kembali ke Mesir."

Tampilkan postingan dengan label Penguasaan Diri. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Penguasaan Diri. Tampilkan semua postingan

Kamis, 23 Juli 2015

TAKUT PADA ATASAN?

Seri Khotbah Tentang Pekerjaan

TAKUT PADA ATASAN?

Efesus 6:5
“Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus”

Kalau sekelompok karyawan mengobrol, pasti ujung-ujungnya membicarakan atasan. Dan topiknya seringkali berupa keluhan-keluhan terhadap atasan. Tak jarang pula disertai dengan makian-makian. Tapi apakah sikap semacam itu dibenarkan? Seandainya sekalipun atasan kita seorang yang jahat, kita tak dibenarkan mengatai-ngatai atasan.

Dalam ayat renungan kita hari ini, kita dihimbau untuk taat pada atasan. Ketaatan itu antara lain diwujudkan dalam sikap yang “takut dan gentar.Takut & gentar ini artinya adalah rasa hormat yang sungguh-sungguh seperti rasa hormat kepada Kristus sendiri. Paulus mengulangi himbauan ini untuk jemaat Kolose (Kol. 3:22). Petrus juga menghimbau untuk taat pada majikan dengan sehormat-hormatnya, bukan saja pada majikan yang baik hati tapi juga pada majikan yang jahat (1Pet. 2:18-19).

Taat & hormat tercermin dari perbuatan dan juga perkataan kita mengenai atasan. Jangan mengiyakan atasan hanya di depan mereka sedang di belakang membangkang pada instruksinya serta mencemoohnya. Mari kita ingat bahwa ibadah juga harus ditunjukkan dengan mengekang lidah (Yak. 1:26). Kita didiami Roh Allah sehingga kita memiliki sifat-sifat Allah, contohnya mampu mengasihi atasan yang jahat bahkan berdoa baginya. Jadi, daripada membicarakan keburukan atasan, lebih baik komunikasikan aspirasi anda pada atasan. Mari bekerja dengan tolak ukur yang berbeda dari dunia, yaitu tolak ukur Kristus.


"Kalau kita tidak bisa hormat pada tuan yang terlihat, 
kita tidak akan bisa hormat kepada Kristus yang tidak terlihat"


Selanjutnya: 

Senin, 10 September 2012

ANAK YANG TIDAK BERGUNA

1Korintus 13:1-3 

Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.  Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.

Pada suatu hari saya bertamu di rumah seseorang. Tidak seperti biasanya, anak dari pemilik rumah itu tidak menemui saya. Sebut saja namanya Tony. Ternyata hari itu Tony mengurung dirinya di kamar karena ia merasa sakit hati. Orang tuanya kecewa dengan nilai-nilai ujiannya, lalu mengucapkan perkataan menyakitkan: “kamu memang anak yang tidak berguna!” Perkataan itu terus terngiang-ngiang di kepala Tony dan membuat ia dendam.

Orang tua memang sering beranggapan bahwa anak yang pandai itu anak yang berguna untuk orangtua sebab bila anak pandai maka orangtuanya pun akan mendapat pujian, sebaliknya anak yang bodoh sering dianggap tidak berguna karena mempermalukan orang tua. Anggapan seperti ini tentu tidak benar dan kita orang tua Kristen tidak seharusnya mempunyai pemikiran demikian.

Lalu apa kriteria berguna atau tidak berguna untuk anak Tuhan? Apakah kepandaian atau apa? Firman Tuhan melalui Paulus di atas menyatakan bahwa anak Tuhan itu tidak berguna bila tidak mempunyai kasih. Meskipun saudara pandai, memiliki seluruh pengetahuan, menguasai banyak bahasa bahkan bahasa malaikat, meski saudara punya iman yang sempurna yang dapat memindahkan gunung, meski saudara memberikan seluruh harta, tapi bila saudara tidak mengasihi orang lain, maka saudara seperti tong kosong berbunyi nyaring dan saudara tidak berguna bagi tubuh Kristus. Apakah kasih itu?

1 Korintus 13:4-7  Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.


Paulus menegur jemaat Korintus yang membanggakan karunia mereka. Jemaat Korintus membanggakan karunia bahasa Roh, nubuat dan juga menyombongkan pengetahuan mereka, bahkan mereka berselisih dan bertengkar karena hal-hal tersebut. Karena itulah Paulus menegur mereka bahwa sekalipun mereka memiliki karunia-karunia tersebut namun bila tanpa kasih maka mereka tak berguna.

Saudara, sesuatu yang tidak berguna itu dapat mengganggu atau merugikan, contohnya petani akan mencabut tanaman tak berguna di ladangnya sebab mengganggu tanaman lain. Pedagang juga menyingkirkan barang tak berguna dari etalase tokonya lalu sebagai gantinya ia akan memajang barang yang berguna untuk dijual. Demikianlah anak Tuhan tanpa kasih, ia tidak berguna sebab dapat menganggu dan merusak keutuhan gereja dan Tubuh Kristus.

Sesuatu yang tidak berguna itu juga tidak dipakai, contohnya seperti sampah dibuang atau seperti barang-barang yang ditaruh di gudang karena tak dipakai dan tak diperlukan. Begitulah anak Tuhan tanpa kasih, ia tidak berguna sebab tidak bisa dipakai untuk membangun tubuh Kristus. 

Jadi, KEJARLAH KASIH ITU, sebab ANAK TUHAN yang TIDAK mempunyai kasih TIDAK berguna DI MATA TUHAN

Oleh: Yesaya Edy S
Dimuat dalam Tuntunan Hidup Berkemenangan Edisi November 2011

Sabtu, 04 Agustus 2012

PENGUASAAN DIRI SEBAGAI KECERDASAN EMOSI (Emotional Intelligence)

2Petrus 1:4-8 
Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri,... 

Penelitian di Amerika menunjukkan bahwa orang-orang cerdas yang ber-IQ tinggi lebih banyak yang gagal daripada yang berhasil. Persentase orang yang bunuh diri & pengidap sakit jiwa bahkan banyak diderita oleh orang-orang yang ber-IQ tinggi (sumber: Belajar Dengan Hati/penerbit Erlangga). Daniel Goleman juga mengungkap penelitian bahwa kontribusi kecerdasan Intelektual hanya sekitar 20% saja terhadap keberhasilan hidup, sedang 80% ditentukan oleh sekumpulan faktor yang disebut dengan emotional intelligence. Jadi penting sekali mengembangkan emotional intelligence. Apakah emotional intelligence itu? Yaitu kemampuan atau kecerdasan mengendalikan diri/emosi.

Saya tersenyum membaca artikel itu, karena jauh sebelumnya para rasul Tuhan sudah menyinggung mengenai keunggulan emotional intelligence  ini. Di abad pertama, Paulus, Yakobus dan Petrus selalu mengingatkan jemaat untuk mengimbangi pengetahuan (IQ) dengan pengendalian diri (emotional intelligence). Contohnya seperti surat Petrus diatas. Mengapa Petrus membicarakan penguasaan diri? Karena jemaat saat itu sedang dalam bahaya dengan adanya para pengajar yang memiliki pengetahuan istimewa tetapi perbuatannya begitu bebas dan dikuasai hawa nafsu. Karena itulah Petrus menyebutkan bahwa pengetahuan harus diimbangi dengan penguasaan diri dalam segala hal (baca juga Titus 2:6), mengendalikan perasaan/sabar (Amsal 16:32), mengendalikan tindakan serta lidahnya (Yakobus 3:1-12).

Nah, apa yang dikatakan oleh Firman Tuhan tentang penguasaan diri ternyata benar dan dapat dibuktikan secara ilmiah. Jadi marilah kita selalu belajar untuk menguasai diri. 

Oleh Yesaya Edy S
Dimuat dalam Tuntunan Hidup Berkemenangan Edisi September 2011

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More