THE ARROW OF VICTORY

Berkatalah Elisa: "Panahlah!" Lalu dipanahnya. Kemudian berkatalah Elisa: "Itulah anak panah kemenangan dari pada TUHAN, anak panah kemenangan terhadap Aram. Engkau akan mengalahkan Aram di Afek sampai habis lenyap."

INCOMPLETE VICTORY

Berkatalah Elisa: "Panahlah!" Lalu dipanahnya. Kemudian berkatalah Elisa: "Itulah anak panah kemenangan dari pada TUHAN, anak panah kemenangan terhadap Aram. Engkau akan mengalahkan Aram di Afek sampai habis lenyap."

SEPERTI HUJAN YANG MENGALIR

Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.

INCORRUPTIBLE SEED

1 Petrus 1:23 Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal.

JALAN BERPUTAR

Allah tidak menuntun mereka melalui jalan ke negeri orang Filistin, walaupun jalan ini yang paling dekat; sebab firman Allah: "Jangan-jangan bangsa itu menyesal, apabila mereka menghadapi peperangan, sehingga mereka kembali ke Mesir."

Tampilkan postingan dengan label Penyelamatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Penyelamatan. Tampilkan semua postingan

Senin, 08 Agustus 2016

PEMIMPIN YANG TERPILIH

Seri Khotbah Tentang "Kemenangan"

PEMIMPIN YANG TERPILIH
Ditulis oleh: Edy Siswoko

Hakim-Hakim 6:1-24
Tetapi jawabnya kepada-Nya: "Ah Tuhanku, dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel? Ketahuilah, kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan akupun seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku." (ay. 15)

Di banyak negara-negara di dunia, seorang pemimpin nasional dipilih oleh rakyat. Namun pada zaman Perjanjian Lama, Allah yang memilih pemimpin nasional bangsa Israel, termasuk Musa, Gideon, dan Daud. Rakyat bisa dimanipulasi agar mau memilih pemimpin tertentu, tetapi tidak demikian dengan Tuhan. Pemimpin seperti apa yang dipilih Tuhan?

Ketika Tuhan merencanakan penyelamatan dan kemenangan untuk orang Israel, Dia lebih dulu memilih pemimpin bagi mereka, dan Dia memilih orang yang rendah hati (ay. 15). Gideon merasa kecil dan tak berarti dibanding yang lain. Pengakuan Gideon menunjukkan kerendahan hatinya. Para pemimpin Israel yang dipilih Tuhan biasanya punya sifat ini, contoh lainnya adalah Musa (Kel. 4:10-13). Mereka orang-orang yang merasa diri tak berarti dibanding orang lain, tapi justru orang seperti merekalah yang dipakai Tuhan. Orang yang tak percaya diri, akan lebih mengandalkan Tuhan dan percaya penuh pada-Nya, mereka lebih mudah taat dan dibentuk Tuhan.

Ternyata pilihan Tuhan atas tokoh-tokoh tersebut bukan melihat kondisi lahiriah namun semata kasih karunia Allah (ay. 17). Syaratnya tidak berdasar pada penampilan, kepandaian, atau kehebatan, tetapi pada hati yang tulus, rendah hati, mau dibentuk & mau taat pada-Nya (1Sam. 16:7). Tindakan kepahlawanan dan prestasi yang dicapai mereka, juga bukan karena kepiawaian mereka tapi disebabkan oleh penyertaan Tuhan (ay. 12 & 16). Mari memimpin dengan tulus, rendah hati, dan dengan ketaatan penuh pada Tuhan, karena kita dipilih menjadi pemimpin oleh kasih karunia-Nya.

Pemimpin yang dipilih Tuhan harus menaati kehendak Tuhan


Selanjutnya: Awal Dari pemulihan


Selasa, 09 Oktober 2012

BERKAT-BERKAT ROH KUDUS DALAM HIDUP ORANG PERCAYA (8)

Seri Khotbah Tentang "Roh Kudus"

ROH KUDUS MEMBANGKITKAN ORANG PERCAYA

Roma 8:9-11
Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu (ayat 11)

Kristus telah bangkit! Itulah berita paling menggemparkan 2000 tahun silam, karena dampaknya bukan hanya dirasakan oleh penghuni bumi namun juga oleh penghuni alam maut serta penghuni surga. Kuasa kebangkitan-Nya memusnahkan Iblis yang berkuasa atas maut (Ibrani 2:14-15), melucuti pemerintahan dan kuasanya sehingga iblis tak berdaya lagi (Kolose 2:15). 

Roh Kuduslah yang membangkitkan Kristus dari kematian (Roma 8:11). Namun sayang sekali Roh Kudus sebagai Pribadi yang membangkitkan jarang dibicarakan.

Beberapa waktu lalu saya melihat sebuah tayangan dari BBC Knowledge yang mengungkap sebuah penelitian terbaru tentang “Kain Kafan Turin” yaitu kain kafan yang diduga sebagai kain kafan Yesus. Penelitian tersebut mengungkap bahwa gambar pada Kain Kafan Turin tersebut hanya dapat terjadi bila jenazah yang terbungkus di dalamnya bangkit dari kematian dengan kekuatan energi yang setara dengan listrik ratusan ribu volt. Penelitian itu juga mengungkap bahwa kedalaman gambar di Kain Kafan Turin tersebut tidak mungkin tercetak dengan energi dari luar jenasah saja melainkan jenasah itu sendiri juga mengeluarkan energi yang luar biasa kuat yang memungkinkan tercetaknya citra diri jenasah tersebut dengan sangat dalam. Penelitian itu akhirnya menyimpulkan bahwa terjadinya gambar di Kain Kafan Turin tersebut adalah sebuah mujizat. 

Penelitian ini menguatkan asumsi sebagian ilmuwan yang percaya bahwa kain kafan itu adalah kain kafan Kristus dan gambar kain kafan tersebut merupakan bukti kebangkitan-Nya. Saya yakin energi luar biasa yang dikatakan para ilmuwan tersebut adalah kuasa Roh Kudus yang telah membangkitkan Kristus. 

Sama seperti Roh Allah atau Roh Kudus membangkitkan Kristus dari kematian demikianlah Roh Kudus akan membangkitkan kita dari kematian dan memberikan tubuh yang kekal atau tubuh kemuliaan. Tentu tak semua orang akan menerimanya, sebab kita hanya akan dibangkitkan serta menerima tubuh kemuliaan itu bila Roh Kudus hidup di dalam kita. Sudahkah Roh Kudus hidup di dalam saudara?

Sebelumnya: "Berkat-berkat Roh Kudus (7)" 

Oleh: Yesaya Edy S
Dimuat dalam Tuntunan Hidup Berkemenangan Edisi Juni 2012

Jumat, 07 September 2012

BERGAUL DENGAN ALLAH

BERGAUL DENGAN ALLAH
Oleh: Edy Siwoko

Bacaan: Kejadian pasal 5 dan 6 

Kejadian 5:24  Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah.

Kejadian 6:9  Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.

Adakah yang dapat menghentikan lajunya kematian dibumi ini? Kejadian Pasal 5 yang baru saudara baca menunjukkan pola berulang-ulang, bahwa manusia lahir, hidup, melahirkan anak-cucu, dan akhirnya...setelah hidup sekian tahun lalu mati. Bukankah itu wajar? Memang wajar, begitulah manusia hidup di bumi, tumbuh, berkembang sebentar, lalu gugur kebumi, sama seperti bunga rumput yang tumbuh tapi kemudian gugur ke tanah, dari debu mereka kembali menjadi debu.  

Dihadapkan pada fakta kehidupan yang begitu-begitu saja serta berujung pada kematian, kita bertanya-tanya, apakah ada pengharapan? Dalam pola berulang tentang hidup dan mati yang diceritakan pasal 5,  tiba-tiba terjadilah sebuah anomali atau sesuatu yang tidak biasa terjadi pada seorang tokoh bernama Henokh, dimana dengan tiba-tiba kita melihat bahwa ternyata tidak semua manusia mati. Itulah yang ditekankan oleh penulis Kitab Kejadian pada pasal 5 ini, bahwa hidup tidak harus begini terus, tetapi ada pengharapan, ada kemenangan, asalkan...hidup bergaul dengan Allah. 

Pengharapan dan kemenangan itu terlihat ketika penulis Kitab Kejadian menunjukkan bahwa hidup Henokh tidaklah berakhir, sementara hidup orang-orang lain berakhir. Henokh diangkat oleh Allah dan tidak mengalami kematian.
Kemenangan itu juga dialami oleh Nuh, cicit Henokh. Nuh juga tidak sudi menjalani hidup seperti manusia saat itu yang hidup dalam kejahatan, tetapi Nuh hidup bergaul dengan Allah, sehingga Nuh terpelihara hidupnya ketika air bah datang membinasakan makhluk hidup dibumi.

Kedua orang tersebut menerima kemenangan atas kebinasaan karena mereka hidup bergaul dengan Allah. Namun.....apakah saudara tertarik untuk mengetahui hidup bergaul dengan Allah itu hidup yang bagaimana? Pada masa Nuh, tiada orang yang tertarik untuk mendengar kebenaran kecuali anak-menantu-dan istri Nuh saja yang mau mendengarnya. 

Kebenaran itu sudah diberitakan sejak Kakek buyut Nuh yaitu Henokh yang terus menerus menubuatkan hukuman Allah atas orang-orang fasik (Yudas 1:14-15), kemudian Allah secara pasti memberitahukan pada Nuh bahwa Allah akan menghakimi manusia dan sejak saat itu Nuh berkhotbah memberitakan kebenaran (2 Petrus 2:5), tapi sayang tak ada yang tertarik. Nah, bila saudara tertarik dengan topik ini, artinya saudara punya keinginan untuk menjadi berbeda dengan kebanyakan orang yang akan binasa.

Hidup bergaul dengan Allah adalah hidup dalam persekutuan dengan Allah. “Bergaul” atau aslinya “halak atau berjalan” merupakan metafora yang umumnya dipakai untuk menyatakan apakah orang berjalan dalam kerendahan hati dan taat kepada Allah, atau berjalan dalam dosa dan ketidaktaatan. Sedang secara khusus ungkapan “bergaul dengan Allah” ini mengandung unsur-unsur sikap, semangat dan karakter rohani yang membuat seseorang diterima dan diperkenan untuk hubungan rohani yang intim dengan Allah. Apakah unsur-unsur itu? Unsur-unsur tersebut ialah iman, ketaatan dan kekudusan. Ketiga unsur tersebut juga kita dapati sejak awal Kitab Kejadian dalam kisah terusirnya Adam & Hawa dari taman Eden, namun kali ini kita hanya akan belajar dari kisah hidup orang lain yakni Henokh dan Nuh.


1. IMAN
Ibrani 11:5-7 mencatat bahwa Henokh dan Nuh memiliki iman terhadap Allah, sehingga mereka ditentukan untuk dibenarkan oleh iman mereka. Selain dibenarkan, merekapun mendapatkan yang terbaik dari Allah karena iman mereka memperkenan Allah (Ibrani 11:5-6):

"Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah. Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. Karena iman, maka Nuh — dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan — dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya."
Iman adalah percaya kepada hal-hal yang belum kelihatan. Manusia tak bisa melihat Allah, namun Henokh dan Nuh percaya bahwa Allah ada dan berkuasa, mereka menjalani hidup seakan-akan melihat Allah menyertai mereka dan akhirnya.....mereka berdua melihat karya Allah.

Begitu pula saudara, saudara memiliki janji-janji Allah yang terbukti digenapi dalam sejarah. Maka seharusnya saudara tidak ragu untuk beriman kepada Dia yang tak pernah ingkar janji. Saudara tidak hanya akan dibenarkan oleh iman (Galatia 3:24) dan diselamatkan oleh iman (Roma 1:17), namun juga akan melihat karya Allah dinyatakan selama saudara hidup. Karena imanlah maka saudara akan diberkati (Roma 4:16), dimuliakan (Roma 5:2), dibebaskan (Roma 9:30), diluputkan dan menang karena iman (Ibrani 11:33), dikuatkan (Ibrani 11:34), serta menerima segala sesuatu yang dijanjikan (Ibrani 6:12).


2. KETAATAN
Seperti sudah dikatakan sebelumnya bahwa kata “bergaul” atau aslinya “halak atau berjalan” merupakan metafora yang umumnya dipakai untuk menyatakan apakah orang berjalan dalam kerendahan hati dan taat kepada Allah, atau berjalan dalam dosa dan taat pada oknum lain. Kata “bergaul” yang dikenakan pada Henokh dan Nuh berarti mereka berjalan mengikuti atau taat kepada Allah, seperti juga yang dilakukan oleh Abraham (Kejadian 17:1, 24:40). 

Henokh dan Nuh mengaktifkan iman mereka dengan ketaatan. Merekapun tadinya belum melihat realisasi janji-janji Allah, namun iman mereka memandang kepada Allah dan tidak menjadi goyah. Nuh mengimani Firman Allah yang akan menghukum bumi, maka dia mentaati perintah Allah untuk bekerja membangun bahtera, dan ia setia melakukannya sampai 120 tahun kemudian ketika air bah datang. Nuh mengaktifkan imannya dengan ketaatan, sehingga oleh iman percaya itu Nuh dan keluarganya pun selamat (Ibrani 11:7).

Aktifkanlah iman saudara dengan ketaatan. Mengapa saudara harus mati, bila sesungguhnya di dalam Dia saudara bisa hidup? Mengapa saudara harus kehilangan apa yang telah dijanjikan Tuhan, bila sesungguhnya di dalam Dia saudara bisa mendapatkannya? Tentu akan banyak hal yang akan menarik saudara dari ketaatan pada Tuhan, namun berjalanlah terus seakan-akan saudara melihat Tuhan menyertai saudara, setialah seakan-akan janji-janji Tuhan sudah tergenapi, maka....segala yang terbaik dari Tuhan pasti diperlihatkanNya kepada saudara.


3. KEKUDUSAN
Kekudusan sangat penting untuk bersekutu atau bergaul dengan Allah (2 Korintus 6:14-16). Pada masa Henokh dan Nuh, dosa manusia ditunjukkan dalam dua hal utama: nafsu seksual (Kejadian 6:2) dan kekerasan (Kejadian 6:11). Tapi Nuh dan Henokh menjalani hidup yang berbeda, mereka memilih untuk menjaga kekudusan. 

Ciri khas kehidupan Nuh adalah benar dan tidak bercela. Kata benar atau “sáddîq,”  melukiskan karakter Nuh dalam hubungannya dengan sesama manusia, dimana kejujuran dan kebenaran nampak jelas dalam seluruh tindak-tanduknya. Kata tidak bercela “Tãmîm,” biasa dipakai bahasa Ibrani untuk melukiskan hasil karya insinyur bangunan yang handal dimana bangunan yang dihasilkan itu lengkap, sempurna dan tiada cacatnya. Kedua kata ini mencirikan “halak” dengan Tuhan atau bergaul dengan Tuhan yakni karakter yang selalu ingin menyenangkan Tuhan berapapun harganya, setia dalam kebenaran, hidup dekat hadirat-Nya dengan selalu menjaga kekudusan di tengah-tengah zaman yang sedang merosot (band. Maz. 15:2; 26:1-3). 
Sekarangpun kebejatan manusia tetap sama, nafsu, perilaku amoral, pornografi, kefasikan dan kekerasan menguasai masyarakat kita. Mereka adalah orang-orang yang mati selagi masih hidup. Ya, bila manusia menganggap bahwa hari kematiannya masih merupakan “masa depan,” sesungguhnya itu keliru. Hari-hari kematian manusia, sesungguhnya telah diawali saat mereka tidak hidup bergaul dengan Allah: tidak hidup dalam iman-ketaatan-serta kekudusan

Tetapi saudara telah mengerti dari penjelasan diatas bahwa kehidupan macam apa yang saudara tempuh saat ini, menentukan akhir hidup saudara nanti. Bila saat ini saudara bergaul dengan Allah maka itu menjadikan saudara sebagai orang-orang yang “hidup” di antara orang-orang yang “mati.”

Karna itu saudara, putuskanlah untuk bergaul dengan Allah meski orang lain tidak! Ingatlah, kehidupanmu di masa depan, sesungguhnya diawali saat engkau di bumi hidup bergaul dengan Allah. 

"Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu." Amen! 

Oleh: Yesaya Edy S
Dimuat dalam Tuntunan Hidup Berkemenangan Edisi Oktober 2011 

Kamis, 30 Agustus 2012

PERISAI DI ANTARA ENGKAU DAN BAHAYA (2)

Seri Khotbah "Tuhan Perisaiku"

Ulangan 33:29 
Berbahagialah engkau, hai Israel; siapakah yang sama dengan engkau? Suatu bangsa yang diselamatkan oleh TUHAN, perisai pertolongan 

Sama seperti yang difirmankan Tuhan melalui Daud, Musa pun menyatakan bahwa Tuhan-lah perisai Israel. Peristiwa dimana Tuhan menjadi perisai Israel terbukti saat mereka dikejar pasukan Firaun di belakang, sementara Laut Teberau menghadang mereka di depan. Tapi di saat krisis itu, malaikat Tuhan dan tiang awan yang tadinya di depan pasukan Israel, pindah ke belakang. 

Demikianlah malaikat Tuhan & tiang awan itu berdiri di antara pasukan Mesir & pasukan Israel sebagai perisai, yang menimbulkan kegelapan pekat sehingga sepanjang malam itu pasukan Mesir tak dapat menjamah orang Israel. Kesempatan itu dipakai Tuhan untuk menyeberangkan orang Israel dengan membelah air laut Teberau sehingga orang Israel berjalan di tanah kering dan selamat sampai di seberang Laut. 

Tuhan terlibat nyata dalam hidup orang Israel, Dia menjadi perisai orang Israel sehingga mereka jaya. Tuhan juga dapat menjadi perisai saudara. Tapi bagaimana agar Dia mau menjadi perisai saudara? 
  • Bila saudara berada dalam jalan yang benar (Amsal 2:7, Mazmur 7:11). Mazmur 18 mengungkap bahwa Tuhan menjadi perisai Daud sehingga ia memperoleh kemenangan atas musuh-musuhnya, dan itu karena Tuhan mau memperlakukan Daud setimpal dengan ketaatan Daud. Artinya, Tuhan dapat menjadi perisai saudara hanya bila saudara ada dalam jalan yang benar atau jalan ketaatan, sama seperti Tuhan bertindak menjadi perisai orang Israel hanya setelah mereka taat pada perintah Tuhan untuk keluar dari Mesir dan berjalan menuruti jalan yang ditunjukkan Tuhan. 
  • Bila saudara percaya (Mazmur 115:11). Tuhan akan bertindak menjadi perisai pertolongan bagi orang yang benar-benar percaya padanya, yang teruji imannya dan tak goyah walau dalam krisis.  
  • Bila saudara berlindung padaNya (Amsal 30:5, Mazmur 18:31). Saudara harus berlindung padaNya dan bukan pada kekuatan diluar Tuhan. Bila Tuhan menjadi perisai saudara maka bahaya atau musuh yang menyerang akan berhadapan langsung dengan Tuhan, jadi aktifkanlah perisai pertolongan saudara mulai sekarang!

Oleh Yesaya Edy S
Dimuat dalam Tuntunan Hidup Berkemenangan Edisi November 2011

Sebelumnya: Perisai Di antara Engkau dan Bahaya (1)

PERISAI DI ANTARA ENGKAU DAN BAHAYA (1)

Seri Khotbah: "Tuhan Perisaiku"

Mazmur 28:6-9 
TUHAN adalah kekuatanku dan perisaiku; kepada-Nya hatiku percaya. Aku tertolong sebab itu beria-ria hatiku, dan dengan nyanyianku aku bersyukur kepada-Nya. 

Saat orang percaya merasa lelah menderita, mereka juga mulai bertanya-tanya “dimanakah Tuhan saat aku dalam bahaya?” Saudara sering mendengar bahwa Tuhan ada di depan saudara untuk menyelamatkan saudara, Dia juga ada di barisan lawan untuk menyerang musuh-Nya. Begitulah, semua komentar yang saudara dengar sering hanya menempatkan Tuhan sebagai pahlawan penyerang yang menyerang musuh untuk saudara. Padahal seorang pahlawan tidak hanya menyerang namun juga bertahan, sebab pertahanan yang kuat adalah kunci kemenangan. Kita juga perlu mempertanyakan, mengapa orang hanya mengatakan bahwa Tuhan ada di depan kita untuk menyelamatkan kita, bukankah bahaya bisa datang dari mana saja?

Daud seorang tentara yang handal mengerti hal itu. Firman Tuhan di atas memperlihatkan pada kita, bahwa untuk mendapat kemenangan dalam hidupnya, Daud tak hanya mengandalkan Tuhan sebagai kekuatannya namun Daud juga mengandalkan Tuhan sebagai perisainya. Perisai adalah senjata untuk melindungi diri dan mempertahankan diri dari serangan musuh. Saat senjata musuh menyerang, prajurit akan berlindung di balik perisai, ia akan menempatkan perisai untuk menghadang dan menangkis senjata musuh. Prajurit itu terlindungi karena ada perisai di antara dia dan bahaya. 

Begitulah maksud Daud dalam ayat ini, bahwa Tuhan sebagai perisai mempunyai makna bahwa Tuhan berdiri diantara Daud dan bahaya yang mengancamnya. Tak masalah apakah serangan itu datang dari depan, belakang, kiri, kanan atau dari atas & bawah, sebab Tuhan akan berada di antara dia & bahaya, sehingga bahaya yang datang dari arah manapun tak membuat Daud binasa, karena Tuhan berdiri sebagai perisai.

Jadi saudaraku, saat bahaya mengancam, tenanglah, jangan bingung dimanakah Tuhan saat itu...karena Tuhan sebagai perisaimu tak hanya ada di depanmu namun Tuhan ada di mana saja, entah itu di belakang, di kiri, di kanan, atau di atasmu, yang pasti Tuhan akan ada di antara ENGKAU dan bahaya untuk membantuMu bertahan dan melindungiMu!  

kemenanganMU dI hidup ini tergantung dari seberapa kuat pertahananMU, maka andalkanlah Tuhan sebagai perisai pertahananmu

Selanjutnya: "Perisai di antara Engkau dan Bahaya (2)

Oleh Yesaya Edy S
Dimuat dalam Tuntunan Hidup Berkemenangan Edisi November 2011 

Selasa, 10 Juli 2012

BERSUKACITALAH ATAS KEMERDEKAAN ORANG LAIN

Lukas 15:11-32 
Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia... Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali."   

Saudaraku, karena kasih karunia Tuhan kita telah dimerdekakan dari perbudakan dosa (Roma 6:18). Hanya saja, kadang ada orang yang marah bila Tuhan juga mengampuni orang lain sehingga orang tersebut menjadi orang yang merdeka. Contohnya Si anak sulung dalam perumpamaan di atas. Ia marah karena ayahnya begitu saja menerima adiknya, bahkan menyambut adiknya dengan sukacita padahal adiknya telah berbuat dosa. 

Jangankan si anak sulung tersebut, kemarahan yang sama juga dirasakan oleh Nabi Yunus bin Amitai ketika penduduk Niniwe bertobat dari dosanya dan Tuhan mengampuni mereka. Bahkan saking kesalnya, Yunus minta Tuhan mencabut nyawanya saja (Yunus 4:1-3).

Kemarahan Si anak sulung maupun nabi Yunus adalah karena iri atau cemburu, sebab Tuhan bermurah hati pada orang berdosa yang mereka anggap tak layak. Tapi siapakah manusia sehingga merasa berhak melarang Tuhan untuk menyayangi ciptaan-Nya?  

Kemerdekaan kita dari dosa bukan hasil pekerjaan atau perjuangan kita, tapi semata-mata kasih karunia Tuhan, jadi tidak pantas kalau kita marah atau cemburu bila Tuhan mengasihi semuanya, baik anak-anak sulungnya yang selalu taat kepada-Nya maupun anak-anak yang masih terhilang. Dan bila saudara kita yang terhilang dengan tulus hati kembali kepada-Nya, maka hati Tuhan sangat bersukacita dan menerima mereka dengan pengampunan.

Marilah saudaraku mempunyai hati yang sama dengan Tuhan, marilah bersukacita bersama-sama Tuhan dan malaikat-malaikat di surga atas kemerdekaan orang lain.   

Oleh Yesaya Edy S
Dimuat dalam Tuntunan Hidup Berkemenangan Edisi September 2011

Senin, 09 Juli 2012

MASUKLAH SEBELUM PINTU TERTUTUP!

Kejadian 7:1-24 
Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Nuh: "Masuklah ke dalam bahtera itu, engkau dan seisi rumahmu,……lalu TUHAN menutup pintu bahtera itu di belakang Nuh (ayat 16)

Banyak orang bingung dengan ukuran bahtera Nuh, mereka juga ragu: mana mungkin hewan-hewan bisa muat ke dalam bahtera itu? Itu sebabnya para ilmuwan yang tak percaya Tuhan menganggap bahtera Nuh & penyelamatan Nuh hanyalah mitos. Tapi kita dengan iman meyakini bahwa ukuran yang diberikan Tuhan pada Nuh mempunyai maksud tertentu. Ukuran bahtera Nuh jika dikonversi ke ukuran sekarang kira-kira mempunyai panjang lebih dari 500 kaki, lebar 85 kaki dan tingginya lebih dari 52 kaki. Pada tahun 1609 Peter Jansen dari Belanda, membuat kapal dengan proporsi ini dan ternyata kapalnya bisa memuat 3 kali muatan yang bisa diangkut kapal-kapal seukurannya yang dibuat dengan cara yang biasa. “Tiruan” bahtera Nuh itu berukuran 3.600.000 kubik, dan andai 9/10 ruangan dipakai sebagai tempat penyimpanan bahan makanan untuk beberapa ribu hewan serta 8 jiwa keluarga Nuh selama 1 tahun, masih ada ruangan yang bisa ditempati 7.000 pasang hewan. Jadi kemampuan angkut bahtera Nuh sama dengan 300 gerbong barang kereta api. Pembuktian ini membuat iman kita diperkuat bahwa bahtera Nuh bukanlah sekedar mitos. 

Kisah penyelamatan Nuh dan keluarganya dari hukuman air bah memberi pelajaran pada manusia masa kini bahwa Tuhan akan menghukum dunia ini tapi juga berbelas kasihan kepada orang yang beriman padaNya. Ibrani 11:7 menyatakan bahwa bahtera Nuh itu melambangkan Kristus, yang merupakan sarana penyelamatan orang percaya dari hukuman dan kematian yang akan datang. Hanya di dalam Kristus kita selamat. Namun, sama seperti pintu bahtera Nuh akhirnya ditutup pada saat hukuman dijatuhkan, begitu pula pintu keselamatan tidak akan terbuka selamanya melainkan satu saat akan tertutup bagi mereka yang menolak percaya pada Kristus.  

Saudaraku, Tuhan sangat serius dan peduli keselamatan saudara, terbukti dengan dikirimNya PutraNya sendiri ke dalam dunia untuk menyelamatkan manusia yang mau percaya padaNya dari murka kekal. Oleh karna itu, sambutlah uluran tanganNya bila saudara belum menerima Yesus sebagai juruselamat saudara, masuklah dalam bahtera keselamatan YESUS, sebelum pintu keselamatan itu tertutup.   

Oleh Yesaya Edy S
Dimuat dalam Tuntunan Hidup Berkemenangan edisi Desember 2011

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More